Rabu, 05 Desember 2012

Bisnis = Hobi ?

Diposting oleh Unknown di 04.14 0 komentar
Bisnis = Hobi ?



 Terkadang ada orang yang mengatakan bisnis itu sama dengan hobi. Hmm.. Bagaimana menurut anda? Menurut opini saya, bisnis itu bisa bermula dari sebuah hobi. Bisnis dan hobi berbeda.. Kenapa saya menyebutnya demikian? Bisnis adalah suatu hal yang dilakukan untuk mendapatkan laba, sedangkan hobi adalah suatu hal yang disukai. Hobi tidak memikirkan laba dan bisnis tidak memikirkan individu, atau personal. Bisnis lebih majemuk, lebih mementingkan pasar sedangkan hobi hanya memikirkan kepuasan individu. Hobi bisa menjadi bisnis sedangkan bisnis belum tentu bisa menjadi hobi.

Sebagai contoh :
Nani mempunyai hobi membuat kue (Hobi)
Nani mempunyai bisnis yaitu ia mempunyai sebuah butik (bukan dari hobi, ini bisnis murni)

Dan hobi menjadi bisnis sebagai contohnya:

Nani mempunyai hobi membuat kue (Hobi)
Nani mempunyai toko kue (dari Hobi ke Bisnis)

Berbeda bukan? dan - lagi-lagi - menurut saya jika seseorang menjalan bisnisnya berdasarkan hobi (atau minimal suka terhadap suatu kegiatan) ia akan lebih enjoy, lebih fun untuk menjalani bisnis tersebut. Kenapa bisa demikian? karena - lagi - lagi - menurut saya, jika kita melakukan sesuatu berdasarkan hobi dialam bawah sadar kita akan merasa sangat tidak terbebani dan merasa nyaman untuk menjalani bisnis tersebut. Selain itu orang yang benar-benar berbisnis berdasarkan hobi terkadang tidak peduli jika laba yang didapat itu kecil maupun besar, karena ia sudah mendapatkan hal yang lebih penting dari itu. Kepuasan hati.

Dan jika seseorang menjalankan bisnisnya dengan setengah hati (atau bahkan terpaksa) maka itu akan membuat orang tersebut cepat stress dan dapat mempengaruhi kesehatan batinnya. Bisnis butuh kesenangan, kesediaan untuk melakukan berbagai tindakan. Dengan kondisi setengah hati ataupun terpaksa, kesenangan dan kesediaan untuk melakukan berbagai tindakan tersebut tidak dapat dilakukan. Sehingga mempengaruhi kineja seseorang dan bisnisnya tersebut.


Nah, bagaimana dengan anda?



Selasa, 04 Desember 2012

Cerpen : Cupcakes

Diposting oleh Unknown di 23.47 0 komentar
Hey Hey Hey..
Ini adalah tulisanku yang ketigaaa!!! (Horeeee)

Kali ini aku akan menulis cerita pendek a.k.a cerpen!

sooo.. check it out!


Cupcakes
Dikawasan eropa street(toko-toko dengan arsitektur eropa) ini, terdapat toko kue yang terkenal akan keenakannya. Terutama cupcakesnya. Sekali kamu melewati toko kue tersebut, dijamin kamu akan tergoda oleh kue-kue yang terpajang cantik dibelakang kaca... Aku adalah seorang pengemis yang sehari-harinya duduk disebrang toko kue tersebut. Aku ingin sekali mencicipi cupcakes tersebut, akan tetapi aku tidak mempunyai uang untuk membelinya. Aku terkadang iri kepada orang-orang yang keluar dari toko kue tersebut.
Mereka pasti menenteng kotak kue dan memancarkan senyum bahagia. kapan ya aku berekspresi seperti itu? entahlah yang pasti sudah lama sekali.  ah iya, namanya toko kue itu adalah "Happiness cakes".. Happiness itu.. kalau tidak salah happiness itu bahagia kan? kapan ya aku bisa bahagia? ah, bahagia.. satu kata itu bisa membuat hidupku berubah sangat drastis..
Aku adalah seorang anak berumur 14 tahun dan aku dulu seorang anak dari saudagar kaya, akan tetapi.. Semenjak ayahku meninggal 3 tahun lalu, hidupku sangat berubah. Kekayaan yang dulu dimiliki papa tak bisa diwarisan kepada diriku. Papa tertipu oleh rekan bisnisnya dan seluruh kekayaan papa jatuh kepada rekan bisnisnya itu. Sekarang aku tinggal berdua dengan bunda. Bunda sekarang menjadi penjahit. Bunda yang sangat aku kagumi sekarang harus membesarkan ku seorang diri. Padahal aku tau bunda sering sakit akhir-akhir ini. Betapa besar cinta bunda padaku.
"Hayo ngelamun!" tepukan Ray mengagetkanku. Sama seperti denganku Ray juga seorang pengemis. Umur Ray 2 tahun lebih tua dibandingkan aku, membuatku merasa Ray adalah kakakku. "Shaa, ngelamun aja sih. kapan mau dapat uang kalau gitu caranya?" tanyanya. Lalu ia ikut diuduk disampingnya...
"Aku tidak melamun...." elakku. "Aku hanya ingin...." aku menunjuk salah satu pajangan cupcakes yang terbuat dari lilin "cupcakes" kataku lesu, aku memang belum makan siang ini.
"aaaah, kau pasti belum makan kan? nih kubagi rotiku" dibagilah rotinya menjadi dua dan diberikannya kepadaku.
Aku tersenyum, "Trima kasih Ray" Ray ini, padahal aku tau dia lapar. Tapi ia tidak keberatan memberikan rotinya kepadaku, aku bersyukur mempunyai teman sepertinya.
"Jam berapa sekarang Ray?" kataku cepat
Dia menyipitkan matanya ke arah jam yang ada ditoko "Happiness cakes". "Ah, jam setengah 5 sekarang Sha" katanya. "ada apa?"
Aku bergegas membersihkan bajuku yang terkena remah-remah roti. Lalu berdiri. "Mau kemana?" tanyanya bingung. "Aku sudah janji pada bunda, aku akan membantunya mengantarkan baju ke pembeli. Kamu mau disini atau pulang denganku? Rumah kita kan searah"
"Boleh"

  *****

"Bunda, Mischa pulangggg" teriaku. 
"Ehh, anak bunda sudah pulang" bunda mencium keningku. ciuman bunda emang bikin hati tenang..hehehe
"Tolong anterin baju baju ini ke ibu Mei sama ke ibu Devi ya. Alamatnya udah bunda tulis dikertas"
"Oke deh bundaaaaa... Mischa pergi dulu ya" kataku seraya mencium tangannya untuk pamit.
"Inget pesen bunda ya, jangan menerima apapun dari orang lain"
"Beres bundaa"

*****

Asikk, semua pesenan udah dianter. mending sekarang aku ngemis lagi supaya dapet uang tambahan batinku. Dan ketika aku berada dipersimpangan jalan, aku melihat ada pengemis yang sedang menangis.
"Kamu kenapa?" tanyaku sedih, aduh anak ini kasian sekali.
"Aku lapar, dari pagi belum makan" Apakah aku harus menyerahkan nasi bungkus ini? aku kan ingin menjualnya untuk membeli sebuah cupcakes. Cupcakes yang aku idam-idamkan! Tapi....
Dengan segera aku menyerahkan nasi bungkus yang kuterima dari pembeli bunda tadi saat mengantarkan pesanan.
"Ini, makanlah. Kuberikan padaku" matanya yang bulat itu berbinar, ia mulai menghentikan tangisnya.
"Beneran ga apa-apa?" aku mengangguk. Tangannya merogoh celananya yang sudah usang dan memberikan beberapa permen untukku, "Mungkin ini ga seberapa. Tapi terimalah" katanya. Aku pun mengangguk dan pergi meninggalkan anak itu. Bye bye cupcakes~
Tak lama setelah itu aku melihat anak seorang nenek yang duduk termenung dibangku taman. Karena aku merasa nenek itu membutuhkan bantuan (karena nenek itu celingukan). Akupun mendekati nenek itu. Sepertinya aku pernah melihat nenek itu? Tapi dimana? Ya sudahlah
"Nenek? Sepertinya nenek kesulitan? Ada apa nek?" kataku ramah.
"aaaa, nenek ingin minum obat. Tapi nenek lupa membawa permen. Biasanya setelah nenek minum obat nenek memang memakan permen. Tapi sepertinya nenek lupa membawa permen, dan hasilnya nenek tidak bisa meminum obat" kata nenek itu.
permen? Ah, aku kan diberi oleh anak tadi "Nek, aku punya beberapa permen nek. Silahkan kalau nenek mau" kataku seraya menawarkan permen ke nenek itu.
"Aaa, kamu baik sekali nak" nenek itu mengambil permen yang ada ditanganku. Ia lalu mengambil obat yang ada ditasnya, meminumnya dan memakan permen tersebut. Lalu ia mengambil sesuatu di tasnya.   
"Ini untukmu nak" katanya. ooh, sebuah sapu tangan. Lucunya batinku.
"Ini kalau aku terima, tidak apa-apa nek? Kelihatannya sapu tangan ini berharga" nenek itu mengangguk.
"Tidak apa-apa nak. Terimalah nak"
Aku tak bisa berkata apa-apa lagi, akupun menerimanya.

*****

Hmm... Aku tak jadi beli cupcakes lagi, makanan itu adalah kesukaanku... Biasanya setiap sore ayah selalu memberikan satu untukku... Dan cupcakes selalu mengingatkan aku pada ayah, aku kangen ayah :(
Dan seperti biasa, aku mengemis di depan toko kue. Aduh kenapa sudah sore gini tetep saja panas? Keringet mulai bercucuran dikeningku, dengan spontan aku mengelap keringet dengan sapu tangan yang tadi diberikan oleh nenek-nenek itu.
Aku liat ada seorang pemuda keluar dari toko kue, kupasang muka melasku tanpa berkata apa-apa.
 "Hei kamu" teriak pemuda itu. Ia menghampiriku dengan raut muka yang aneh. "Darimana kau dapat sapu tangan itu? Kamu mencuri ya?"
Apa? Mencuri? "Tidak tuan, saya hanya diberikan oleh seorang nenek karena saya telah membantunya"
"Nenek? Nenek katamu" aku mengangguk, "Dimana kamu melihatnya, bisa kah kamu ajak saya ke tempat nenek itu?"
"Ah ya, tentu"
Dan disanalah aku tau, bahwa pemuda itu adalah cucu sang nenek. Sang nenek tidak memberitahu keadaannya kepada siapapun karena sang nenek tau ia tidak ingin merepotkan siapapun. Termasuk kepada cucunya, sang pemuda yang tak lain adalah cucu sang nenek sangat berterima kasih kepadaku. Dan sebagai imbalan aku diberikan sekotak cupcakes! Yeay!
"Saya ingin sekali kerumahku, dan ingin berterima kasih kepada orangtua mu"kata pemuda itu.
"Tidak usah tuan, rumah saya kumuh dan sangat kotor tuan"
"Tidak apa, saya hanya ingin berterima kasih kepada orangtua mu. Ngomong-ngomong, namanu siapa?"
"Misha tuan.. Mischa Agata"
"Mischa Agata, sepertinya nama itu tidak asing..."


*****



"Tante Sonya?' pemuda itu terkejut ketika melihat bunda, bagaimana ia bisa tau nama bunda?

"Siapa?" tanya bunda. Bunda terlihat tidak mengingat pemuda itu.
"Ini aku tante, Marcell. Marcell Chandra. Anak dari Farrel Jhon Chandra"
"Oh ya. Tante ingat, wah.. kamu sudah besar ya sekarang. Berapa umurmu sekarang?"
"23 tante, tante kenapa bisa seperti ini?" dan bunda pun menceritakan kisah 3 tahun lalu. Bagaimana ayah ditipu, bagaimana sedihnya ayah dll..
"Saya akan membantu tante dalam mendapatkan hak-hak itu tante" kata Marcell. Matanya memancarkan aura kemarahan. sepertinya Marcell ikut iba akan kondisi bunda dan diriku saat ini.


Sebenarnya, bunda dan aku sama-sama tak peduli akan hak-hak itu. Yang penting bunda dan aku bersama dan tak terpisahkan itu sudah cukup oleh kami. Tetapi melihat antusiasnya Marcell, bunda menjadi tidak tega mencegahnya, Dan foala... hak-hak itu sudah kami dapatkan lagi. Ternyata Marcell adalah seorang pengacara muda yang sukses dan tidak bisa dianggap remeh. Dengan cepat iya mendapat bukti dan membeberkannya ke pengadilan.

Dan lihatlah aku sekarang, aku sudah kembali menjadi kaya kali. Dan penyakit bunda sudah bisa diobat dengan layak.
Semua ini berawal dari keinginanku untuk membeli cupcakes, andai saja aku tak memberikan nasi bungkusku itu. Andaikan saja aku egois dan pergi meninggalkan anak yang menangis itu. Aku tak kan mungkin bisa seperti sekarang.
Dan kamu tau apa yang ku inginkan? Ya.. Itu adalah, CUPCAKES



Ini adalah pelajaran untuk kita agar kita bisa mengendalikan keegoisan kita. Anak berumur 11 tahun seperti Mischa saja bisa. Kenapa kita tidak?


Sumber foto: Google Images
 

Hello Minna-san! Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei